MAAF

Allah begitu luas rahmat-NYA

Begitu besar ampunan-NYA

Sekalipun hamba-hamba itu membawa dosa sepenuh bumi dan ditambah lagi sepenuh langit. 

Maka dengan kasih sayang-NYA.

Ia senantiasa memaafkan mereka karena taubatnya.

Setiap anak adam berdosa, dan sebaik-baik yang berdosa adalah yang bertaubat

Tidaklah seorang hamba bertaubat, melainkan ia seolah-olah kertas putih tanpa noda

Seorang penyair mengatakan : "Padang yang tandus karena kemarau panjang, menjadi taman-taman bunga tatkala luapan hujan membasahinya. Dan goresan-goresan hati akan terabaikan oleh sebab satu ucapan maaf dari qalbu yang tulus mengharap wajah-NYA."

Dan demikianlah orang-orang dahulu melihat sebuah kehidupan, selalu penuh onak dan duri. 

Jalannya-pun menanjak dan berliku

Sekiranya maaf itu terabaikan, niscaya air mata takkan pernah terbendung dan gunung-gunung akan tenggelam karenannya.


*****


Related Posts:

TAUHID

Perkara yang paling besar yang ditetapkan Alah kepada para hambanya adalah perkara tauhid. Karena dengan tujuan inilah diciptakan manusia. Allah berfirman :

“Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Zariyaat : 56).

Kata “Beribadah kepada-Ku” bermakna “Mentauhidkan Aku (Allah)”. Maka mentauhidkan Allah adalah tujuan diciptakannya manusia seluruhnya. Untuk dapat menjelaskan permasalah yang sangat penting ini, dibawakan definisi tauhid sebagai berikut.

a. Tauhid secara bahasa yaitu : Masdar dari wahhada yuwahhidu yaitu menjadikan sesuatu menjadi satu.
b. Tauhid secara syariat : yaitu mengesakan Allah didalam rububiyyah, uluhiyyah, nama dan sifat serta hukum-Nya.

Dari definisi tersebut, sangat jelas bahwa tauhid secara bahasa diambil dari masdar yaitu Tauhiidan (pengesaan), yaitu menjadikan sesuatu menjadi satu (saja). Sedangkan secara syariat yaitu mengesakan Allah di dalam rububiyyah, uluhiyyah, serta nama dan sifat-sifat-Nya serta hukum-hukum-Nya. Dari definisi tersebut, maka baik secara bahasa maupun secara syariat tauhid bermakna mengesakan. Maka kata “Beribadah kepada-Ku” dalam surat Adz-Zariyaat : 56 diatas yaitu bermakna “Mentauhidkan Aku (Allah)”, yaitu mentauhidkan Allah dalam rububiyyah (mengesakan Allah di dalam perbuatan-perbuatan-Nya), uluhiyyah (mengesakan Allah di dalam perbuatan para hamba), dan mengesakan Allah di dalam nama serta sifat-sifat-Nya (mengesakan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifat Allah, tidak ada yang menyerupai Allah dalam nama dan sifat-sifat-Nya). (Disarikan dari Tuhfatul Murid syarah Qaulul Mufid oleh Syaikh Nu’man bin Abdul Karim Al-Wtr serta dari terjemahan ringkasan syarah Kitab Tauhid).

Tauhid dibagi oleh para ulama menjadi tiga :

a. Tauhid Rububiyyah
b. Tauhid Uluhiyyah
c. Tauhid Asma wa Sifat

Penjelasan masing-masing tauhid sebagai berikut :

A. Tauhid Rububiyyah

Tauhid rububiyyah yaitu : mentauhidkan Allah didalam perbuatan Allah yaitu mengesakan Allah di dalam perbuatan-perbuatan-Nya. (Tuhfatul Murid syarah Qaulul Mufid halaman : 49-50 oleh Syaikh Nu’man bin Abdul Karim Al-Wtr)
.
Perbuatan Allah sangat dan teramat banyak. Kita sebutkan sebagian dari perbuatan-perbuatan Allah antara lain, Allah satu-satunya yang mencipta, Allah satu-satunya yang memberi rizki, Allah satu-satunya yang menghidupkan dan mematikan, Allah satu-satunya yang mengatur segala urusan dan masih banyak banyak lagi. Sebagai seorang muslim kita wajib mengimani bahwa satu-satunya pencipta hanya Allah, satu-satunya pemberi rizki hanya Allah, satu-satunya yang menghidupkan dan yang mematikan hanya Allah dan satu-satunya yang mengatur segala urusan hanya Allah. Dll. Inilah yang dinamakan tauhid rububiyyah, yaitu kita mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya, hal ini wajib kita imani. Apabila seorang muslim atau muslimah menganggap ada pencipta selain Allah, atau ada yang memberi rizki selain Allah, atau ada yang mampu menghidupkan dan yang mematikan selain Allah, maka dia telah berbuat syirik kepada Allah ‘Azza wa Jalla atau dia telah menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla.

Adapun dalil-dalil yang menjelaskan tentang keesaan Allah dalam rububiyyah-Nya sangat banyak. Sebagai contoh, kita ambil perbuatan Allah dalam empat hal :

A.1. Mengesakan Allah dalam Penciptaan

Mengesakan Allah dalam penciptaan yaitu kita mengimani bahwa hanya Allah saja satu-satunya pencipta diatas bumi ini atau di seluruh jagat raya ini, tidak ada satupun pencipta melainan hanya Dia dan Dia-lah yang berhak menciptakan. Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla :

“Artinya : Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al-A’raaf : 54)

Dalam ayat yang lain Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
"Artinya : Allah yang menciptakan segala sesuatu.” (QS. Az-Zumar : 62).

A.2. Mengesakan Allah dalam Kerajaan-Nya

Sebagaimana seorang muslim mengesakan Allah dalam penciptaan, maka konsekuensinya dia juga wajib mengesakan Allah semua perbuatan Allah yang lain, baik dalam kerajaan maupun kekuasaannya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Artinya : …Yang (berbuat) demikian itu adalah Rabb-mu, milik-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah, tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.” (QS. Faathir : 13)

Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman :

“Artinya : Maha banyak barakah-Nya Dzat Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Mulk : 1)

A.3. Mengesakan Allah sebagai Pemberi Rizki bagi hamba-hamba-Nya

Allah ‘Azza wa Jalla adalah pemberi rizki satu-satunya bagi hamba-hamba-Nya, bahkan binatang melata sekalipun. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Artinya : Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya.”(QS. Huud : 6)

A.3. Mengesakan Allah dalam Pengaturan Urusan

Allah, Dialah satu-satunya yang mengatur segala urusan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Artinya : …dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: Mengapa kalian tidak bertaqwa (kepada-Nya)?” (QS. Yunus : 31)

Dalam ayat yang lain Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman :

“Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunnya”. (QS. As-Sajdah : 5)

Dengan sebagian contoh-contoh perbuatan Allah tersebut atau semua perbuatan Allah yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, maka wajib kita imani dan menetapkan bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam Rububiyyah-Nya, selama-lamanya. Tidaklah ada yang mengingkari tauhid Rububiyyah kecuali Fir’aun dan Namruj. Karena Allah menciptakan seluruh makhluk-Nya diatas fitrah pengakuan terhadap  Rububiyyah Allah.

“Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thagut”,”. (QS. An-Nahl : 36)

Dalam surat An-Nahl : 36 terkandung makna syahadat LAAILAHA ILLALLAH, dengan 2 rukun yang harus dipenuhi.
Rukun syahadat antara lain :
a. Nafi (meniadakan)
b. Isbaat

Related Posts: