Berbicara tentang cinta memang tidak ada habisnya.
Sampai-sampai bermunculan film-film yang pernah ku dengar gaungnya daei
orang-orang seperti Ayat-ayat cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Cinta Laura, semau
berbicara cinta. Terus apa makna cinta yang
sebenarnya? Lalu bagaimana definisinya? Dan bagaimana hakikatnya? Mari
sejenak kita menuju dimensi para pakar cinta ini diantaranya.
Ibnul Qoyyim al-Jauziyah rahimahullah
Ibnul Qoyyim
mengatakan, "Tidak ada batasan yang lebih jelas daripada kata cinta itu
sendiri. membatasi makna cinta, justru akan membuat kabur dan kering maknanya.
Maka definisi dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya
secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri."
Suatu ketika,
bekliau menjelaskan, "Cinta dapat dirumuskan dengan memperhatikan turunan
kata cinta yaitu mahabbah, dalam bahasa arab. Mahabbah berasal dari kata hubb.
Ada lima makna untuk akar kata hubb.
Pertama : as-shafaa wa al-bayaadh, putih bersih. Bagian gigi
yang putih bersih disebut habab al-asnaan.
Kedua : al-'uluww wa al-zhuhur, tinggi dan keliatan. bagian
tertinggi dari air hujan yang deras disebut habab al-maai. Puncak gelas atau
cawan disebut habab juga.
Ketiga : al-luzum wa al-tsubut, terus menerus dan
konsisten. Unta yang menelungkup dan
tidak bangkit- bangkit dikatakan habb
al-ba'ir.
Keempat : lubb, inti atau saripati sesuatu. Biji disebut
habbah karena itulah benih, asal, dan inti tanaman. Jantung hati, kekasih, orang yang
tercinta disebut habbat al-qalb.
Kelima : al-hiftzh wal imsaak, menjaga dan menawan. Wadah
untuk menyimpan dan menahan air agar tidak tumpah disebut hibb al-maai.
Maka, masih
menurut Ibnul Qoyyim, muncullah berbagai definisi cinta atas dasar makna dan
pengertian-pengertian diatas. Diantara definisi tersebut adalah sebagai berikut
:
a. Kecenderungan seluruh hati yang terus menerus (kepada
yang dicintai).
b. Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang
dicintai.
c. Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih mengutamakan dia
daripada diri dan harta sendiri. seia sekata dengannya baik dengan
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, kemudian merasa bahwa kecintaan
tersebut masih kurang.
d. Pengembaraan hati karena mencari yang dicintai sementara
lisan senantiasa menyebut-nyebut namanya.
Karena itu Ibnul Qoyyim kemudian mendefinisikan cinta dengan
begitu indahnya :
“Cinta bermakna kesucian, kebeningan, dan kejernihan. ia
suci, ia bening dan ia jernih, karena ia berasal dari mahabbah kepada Allah.
Cinta bermakna percikan dan riak, sebagaimana terlihat dari
riak dan percikan air ketika hujan.
Begitupula dengan cinta, apabila seseorang sedang jatuh
cinta, membuat hatinya beriak, ketika ia
teringat dengan kekasihnya.
Cinta juga bermakna teguh dan tidak berpindah, sebagaimana
teguhnya onta ketika ia duduk diperintahkan oleh majikannya, sekalipun banyak
batu cadas yang melukai dirinya.
Begitu juga dengan cinta karena dia teguh dan tidak akan
pernah berpindah.
Cinta bermakna inti, dia juga bermakna isi dan biji, karena
ia dijadikan asal dari sesuatu.
Cinta juga bermakna bejana yang besar, dan yang sangat
penuh, yang tidak memungkinkan lagi untuk dimuat dengan segala sesuatu.
Begitu juga dengan
cinta, ketika ia telah memenuhi hati, ia tidak bisa diisi dengan sesuatu yang
lain.
Cinta bermakna tungku, didalam pembakaran, diletakkan
sesuatu diatasnya, begitu juga dengan cinta, ia menerima beban yang dipikul
atas nama cinta”
Akan tetapi kita sering mengecilkan makna cinta. Menurut
kita cinta hanya pada batasan-batasan tertentu seperti cinta terhadap lawan
jenis saja.
Cinta terhadap Allah termasuk cinta yang paling utama dan
dia adalah penggerak segala sesuatu. Cinta kepada Nabi juga termasuk diantara
cinta, yang sebagian besar kita masih belum jelas dan kabur dalam pemaknaannya
dan bahkan telah tercabut rambunya.
Karena itu, sesuatu akan kembali pada inti dari sesuatu itu.
Cinta, inti dari maknanya adalah akan kembali pada makna cinta terhadap Allah,
cinta terhadap Rasulullah, cinta terhadap apa-apa yang bisa mendekatkan diri
kepada Allah sebagai tempat kembali bagi orang-orang yang bercinta.
Adapun cinta kepada lawan jenis, atau perilaku cinta yang
ditunjukkan oleh makhluk yang tidak berakal hanya sepercik cinta diantara
lautan cinta yang hakiki.
akan beragam dan itu akan kembali pada dua makna cinta
Sebagaimana cinta akan terbagi dalam banyak macam dan ragamnya. Karena demikian
perkara cinta tidak hanya dialami oleh kalangan manusia, tapi bahkan menyentuh
dimensi kehidupan seluruh makhluk yang berakal seperti kupu-kupu yang
berkejaran di taman bunga. Burung-burung kecil yang berkicau di dahan dan
ranting pohon. Sepasang angsa berenang beriringan di tengah danau. Atau seekor
singa yang menyusui anaknya ditengah rimba, hanya sebagian diantara kisah cinta
yang mengagumkan dari satu sisi dan dimensi cinta saja, dan dimensi cinta ini
hanyalah sepercik cinta ditengah lautan cinta yang terabaikan.
Jadi, romantika kehidupan cinta antara dua orang yang
berlainan jenis atau percintaan dialam fauna hanya sebagai contoh bahwa seluruh
hamba difitrahkan untuk bercinta. Tapi mana cinta yang hakiki?
Cinta yang hakiki yaitu sebagaimana firman Allah :
"Artinya : Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah
kepada-Ku." (QS.Ad-Zaariyaat : 56)
Makna ibadah yaitu mentauhidkan Allah, sebagaimana ucapan Syaikh
Muhammad at-Tamimi dalam kitab Tsalatsatul Ushul. Sedangkan ibadah adalah
Kamulul Hubb (Yaitu, Kesempurnaan Cinta). Berarti ibadah adalah memurnikan
cinta, yaitu memurnikan cinta terhadap Dzad Yang Dicintai yaitu Allah Jalla wa
'Alaa. Dan inilah makna cinta yang sebenarnya, yaitu menyempurnakan ketundukan
dan perendahan diri kepada Allah dan inilah makna ibadah.
1. PENGERTIAN IBADAH
1.1. Pengertian
ibadah secara bahasa
"At-tadzullu wal khudu'u (perendahan diri dan ketundukkan).
Dalam makna lain ibadah secara bahasa :
"At-tadzullu wal khudu'u fii ghaayatil mahabbah." (perendahan
diri dan ketundukkan dengan menyempurnakan cinta).
Berarti ibadah adalah
percintaan yang paling tinggi dan paling agung diantara semua jenis percintaan,
tentunya diantara semua jenis percintaan yang benar, karena disana ada
cinta-cinta yang tercela dan bahkan cinta yang syirik. Karena itu dia menjadi
rukun ibadah. Rukun ibadah antara lain, Cinta, Harap, Takut, dan ketiga hal ini
terkandung dalam surat al-fatihah ayat 1, 2, 3. Dengan 3 ayat ini kita
beribadah. Dan ibadahnya orang-orang yang cinta adalah, YarjuunarahmaLLaah, wa
Yakhaafuuna 'adzaabah. Sifat ibadahnya orang-orang yang cinta adalah
Iyyakana'budu wa iyyaa kanasta'iin. Allah berfirman :
"Artinya : Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya
kepada Engkau kami
memohon pertolongan." (al-Fatihah : 4).
Karena itu maka beribadah adalah bercinta dan menyempurnakan
cinta.
1.1.2. Pengertian
ibadah secara syariat
"Suatu
nama yang mencakup apa-apa yang dicintai Allah dan diridhai-Nya dari perkataan
dan amalan yang lahir maupun batin".
Jadi ibadah hakikatnya adalah cinta itu sendiri, karena
didalam makna ibadah terkandung cinta, yaitu perendahan diri, ketundukan,
pengagungan kepada yang dicintai yaitu Allah. Sehingga makna ibadah korelasinya
adalah kecintaan, kepada Allah, kepada apa-apa yang dicintai Allah, dari
perkataan dan perbuatan yang nampak maupun tersembunyi. Karena itulah ibadah
tidak akan sempurna jika tidak dibarengi cinta kemudian rukun-rukunnya yang
lain.
Kaum Nuh, 'Aad, dan Tsamud punah tak tersisa seorang-pun
akibat mereka mempermainkan cinta. Fir'aun, Hamman dan kaumnya ditenggelamkan
di laut merah karena mereka bermain-main dengan cinta. Qarun dan harta
kekayaannya dibenamkan keperut bumi karena dia enggan untuk bercinta. Abu
jahal, Abu Lahab, Walid ibnul Mughirah bahkan Abu Thalib menjadi orang-orang
yang menyesal pada hari kiyamat karena mereka semua bermain-main dan menodai
kesucian cinta itu. Inilah akibat hilangnya cinta, akan menimbulkan
kesengsaraan imma diddunya wa imma fil aakhirah.
Allah berfirman :
"Artinya : .......Pada hari manusia melihat apa yang
telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang-orang kafir berkata: Alangkah baiknya
sekiranya dahulu aku adalah tanah". (QS.an-Naba : 40)
Yaitu karena menyesal telah meninggalkan Allah dan
melalaikan hidup didunia dan melalaikan cinta tentunya yaitu beribadah kepada
Allah. Wallahu a'lam. Untuk jelasnya merujuklah ke tarsirnya. Baik tafsiran
ibnu katsir atau tafsir as-sa'di dan tafsir para ulama lainnya.
Allah juga berfirman :
"Artinya : Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar
(neraka)?”
Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang
yang mengerjakan salat." (Qs.al-Mudatsir : 42-43)
Orang kafir dimasukkan dalam neraka selain karena
kekafirannya, juga dkarena mereka meninggalkan shalat. Orang kafir wajib
shalat, supaya mereka bisa mengerjakan shalat mereka harus masuk islam. Orang
kafir di adzab bertingkat-tingkat sesuai sebanyak mana kewajiban yang ia
tinggalkan. Meninggalkan shalat juga hal yang akan menjadi penyesalan
orang-orang kafir. Karena shalat adalah ibadah, dan ibadah adalah
menyempurnakan cinta kepada Allah. Orang yang tidak menyempurnakan cinta dan
bahkan menghianati cinta maka dia akan masuk pada golongan kedua dari makna
ayat ini.
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada
Allah..." (QS.Al-Baqarah : 165)
Kafilah orang-orang yang jatuh cinta kepada Rabb-nya, itulah
kafilah orang-orang yang beruntung. Dan itulah tempat kembali bagi orang-orang
yang bertakwa adalah surga Allah.
Mari kita sempurnakan cinta kita kepada Allah dengan
menjauhi syirik dan segala jenisnya, karena yang banyak memasukkan seseorang
kedalam neraka adalah karena sebab cinta. Seorang istri yang mencintai suminya
dan takut suaminya membagi cinta, maka bagi yang tidak memiliki iman dia akan
mendatangi dukun dan tukang ramal. Padahal
Rasulullah bersabda :
Barang siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu
ia membenarkan apa yang diucapkannya, maka sungguh ia telah kafir dengan apa
yang diturunkan kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam."
(HR.Ahmad).
Cinta kepada sesama jenis hanya cinta yang serupa dengan
fatamorgana yang dilihat oleh orang yang kehausan ditengah padang pasir, jangan
kita mengejarnya hingga kita mendurhakai Allah dan berbuat syirik, karena itu
adalah awal dari penodaan terhadap cinta yang sebenarnya. Cintailah Allah dan jadikan
ia satu-satunnya yang berhak mendapatkan cinta kita yang paling murni dan
tulus. Bukankah kita pernah mendengar ucapan seorang penyair :
"Cinta dan pengabdian adalah untaian yang terangkai
dalam satu ikatan. Bukanlah orang yang bercinta, bila tidak memurnikan
pengabdian kepada yang dicintai. Dan bukanlah orang yang mengabdi, bila tidak
menyempurnakan cinta kepada yang dicintai."
Ahli syair yang lain berkata pula :
"Konsekuensi dari bercinta adalah timbulnya rasa
pengabdian yang murni kepada yang dicintai. Setiap yang bercinta, seolah ia
menjadi abdi bagi yang dicintai. Antara cinta dan pengabdian ibarat seutas
benang yang saling bertautan, apabila hilang salah satunya, maka hilang pula
yang lainnya."
Dan ingatlah, cinta ibadah adalah kewajiban bagi hamba
terhadap Allah dan cinta tabiat adalah memang tabiat seorang hamba utuk
mencintai apa-apa yang indah menurut pandangan matanya dan ia tidak akan
dihukum karenanya, selama cinta itu tidak membuatnya memaksiati Allah.
Allah berfirman :
Wa tuhibbuunal maala hubban jamma." (Al-Qur'an)
Nantikan kehadiran buku Kafilah Orang-Orang yang Jatuh
Cinta, Insya Allah..!!!
Related Posts: