ANTARA DAULAH ISLAMIYAH, JIHAD, DAN TAUHID

Wahai saudara dan saudariku... 

Agama islam adalah agama yang indah, agama yang sempurna, syariatnya telah lengkap dari segala sisinya, tidak tersisa suatu kebaikan pun kecuali telah datang penjelasannya, dan tidak ada suatu kejelekan pun kecuali telah datang peringatan atasnya. Agama islam adalah agama yang didalamnya Allah telah menetapkan syariat dan hukum-hukum yang kesemuanya adalah inti, tidak ada kulit dalam islam. Baik itu shalat, puasa, zakat, jihad, hukum rajam, tauhid (mengesakan Allah dalam rububiyyah, uluhiyyah, dan asma wa shifat) dan lain sebagainya. 

Syariat-syariat itu memang harus dilaksanakan secara seksama jika memungkinkan wahai saudara dan saudariku, namun jika tidak, maka tidak semestinya ditinggalkan semuanya. Seumpama shalat, tetap wajib dilaksanakan dalam kondisi apapun, baik sehat maupun sakit bagi setiap orang yang telah mukallaf, demikian juga zakat (baik zakat fitrah maupun zakat harta), tetap wajib dikeluarkan zakatnya jika telah datang waktunya atau jika telah sampai nishab. Demikian juga puasa ramadhan wajib bagi setiap mukallaf untuk melaksanakannya kecuali ada udzur-udzur syar’i seperti sakit dan yang semisalnya. 

Demikian juga tauhid, harus tetap ditegakkan pada setiap individu, baik yang muda maupun yang tua dan wajib juga mendakwahkannya, mengamalkannya bahkan dalam setiap desah nafas kita. 

Demikian juga jihad, harus tetap dilaksanakan jika memang kondisinya adalah kondisi yang mengharuskan jihad seperti kaum muslimin diserang dan diperangi oleh orang-orang kafir. Dan ilmu tentang jihad ini memang perlu dipahami secara syar’i bagaimana hukum-hukumnya dan syarat-syaratnya, apakah jihad dilakukan sendiri-sendiri atau bersama ulil amri? Dalam kondisi jihad, apakah perlu ada bendera jihad atau tidak? Dan jihad itu apakah harus membunuh semua jenis orang kafir atau tidak? Apakah harus berhadapan secara langsung dengan musuh yang memerangi kita atau tidak? Dan masih banyak lagi indikasi-indikasi jihad yang syar’i, dan itu semua butuh kepada ilmu.

Demikian juga hukum rajam, dia tetap harus dilaksanakan jika orang yang melakukan perbuatan zina tersebut memang benar-benar berzina dan ada empat orang saksi, atau ada indikasi lain yang memungkinkan diterapkannya hukum rajam seperti pengakuan langsung dari pelaku zina, atau indikasi lain seperti terjadinya kehamilan pada wanita terebut.[1]

Namun permasalahannya, apakah syariat hukum rajam bisa diterapkan sekarang ini? Jawabanya tentu saja tidak, kecuali jika telah terbentuk daulah islamiyah! Lalu apa yang mesti kita lakukan jika tidak ada daulah islamiyah? Kewajiban kita adalah bersabar dan bertaqwa semampu kita berdasarkan firman Allah :

“Artinya, Bertaqwalah kalian kepada Allah semampu kalian” (QS.At-Taghaabun : 16)

Untuk itu, maka wajib bagi kita menjemput sebab-sebab yang syar’i agar tegaknya daulah islamiyah. Dan di antara sebab-sebab itu adalah menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, berdakwah (amar ma’ruf nahi mungkar), dan bersabar. Imam Bukhari mengatakan :

“Ilmu itu sebelum berkata dan berbuat.”[2]

 Ucapan ini bukan tanpa alasan, imam bukhari membawakan dalil firman Allah :

“Artinya, Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu…” (QS. Muhammad : 19)

Wahai saudara dan saudariku, kata i’lam (ketahuilah) pada ayat diatas, adalah fi’il amr (kata kerja perintah untuk satu orang laki-laki). Artinya, yang Allah ajak bicara adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan oleh Allah untuk mengilmui, dan yang harus beliau ilmui yang pertama kali adalah LAA ILAAHA ILLALLAH. Ini menunjukkan bahwa Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk mempelajari TAUHID. Dan tentunya, kita sebagai umatnya lebih wajib lagi untuk mempelajari tauhid ini, karena mempelajari tauhid pasti menjelaskan tentang bahaya KESYIRIKAN, karena syirik adalah lawan dari TAUHID dan merupakan dosa yang paling besar.

Tapi saudara dan saudariku, sungguh sangat mengherankan bila ada orang yang ingin menegakkan daulah islamiyah tapi sangan anti dan sangat membenci dengan dakwah tauhid. Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri orang yang paling pertama diperintahkan oleh Allah untuk mempelajari ilmu Tauhid tersebut, lalu bagaimana kita bisa mengesampingkan tauhid yang teramat penting ini? Jihad itu wahai saudara dan saudariku akan benar jika kita telah belajar tauhid, karena banyak orang yang berjihad tapi dalam jihadnya ia berbuat syirik yang nyata, seperti menggunakan ilmu kebal supaya tidak tembus peluru dll.  

Saudara dan saudariku.. Bukankah Rasulullah pernah terluka saat perang uhud? Lalu mana ilmu kebal Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Padahal beliau-lah orang yang seharusnya lebih butuh kepada ilmu kebal itu dibandingkan kita, karena beliau berperang setiap waktu, sedangkan kita hanya diam-diam saja dirumah, inilah realita yang terjadi. Belum lagi masyarakat kita yang penuh dengan ritual kesyirikan setiap waktu dan setiap saat, baik dalam keadan sempit maupun lapang. Lalu mana mungkin akan tegak syariat islam, mana mungkin akan tegak daulah islamiyah jika rakyat kita masih bergelimang dalam kubangan kesyirikan? Ini sangat ironis. 

Mungkin ada yang akan berkata, “Ah.. itu gampang! Jika nanti kami menang dalam pemilihan umum dan kami memegang tampuk kekuasaan, itu bisa dirubah dengan membuat aturan-aturan yang melarang mereka berbuat syirik! Kan sudah tegak daulah islamiyah, tentu akan mudah mengendalikan mereka!”

Atau mungkin ada sebagian lagi yang berkata, “Yang penting daulah islamiyah tegak dulu lah, urusan syirik menyirik itu gampang..! Kalau sudah ada daulah, tentu mereka akan terikat oleh hukum yang berlaku.” 
Na’am, jika seperti itu alasanya, maka ketahuilah wahai saudara dan saudariku bahwa sebelum kita sungguh telah ada seorang pemimpin yang adil yaitu raja Najasy. Dia bahkan orang yang lebih baik dari kita, karena dia beriman kepada Nabi saat Nabi masih hidup dan dia menjadi seorang muslim sejati ditengah-tengah kaumnya yang kafir. Dia adalah raja diraja yang menguasai negara, dia juga memiliki kekuasaan, dan dia juga memiliki daulah. Namun apakah dia sanggup merubah rakyatnya? 

Sejarah membuktikan bahwa raja Najasy tidak bisa merubah rakyatnya padahal dia adalah raja, dia memiliki daulah.[3] Dan ketika ia meninggal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang men-shalat-kannya dengan shalat gaib. Ini menunjukkan bahwa, tidak seorangpun yang menshalatkan jenazah raja Najasy di negerinya, karena rakyatnya tidak ada yang beriman kepada Allah. 

Maka merubah rakyat itu tidak semudah yang dibayangkan. Jika ingin merubah mereka, maka dakwahkan kepada mereka dakwah tauhid, karena dakwah tauhid adalah dakwah yang harus di utamakan, karena ini adalah awal dakwah para Nabi seluruhnya. 

Allah berfirman :
“Artinya, Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (seorang) Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) :  “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” (QS. AN-Nahl :36)

Dari ayat diatas bahwa bagi tiap-tiap umat, Allah utus seorang Rasul, yang dakwah mereka adalah, “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.” Ini adalah makna kalimat syahadat.

Allah juga berfirman :
“Artinya, Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul-pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : “Bahwasannya tidak ada tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 25)

Dapat diambil faedah dari ayat diatas bahwa, semua Rasul sebelum Nabi Muhammad dakwahnya diatas Tauhid. Karena kalimat Rasuulun (mohon melihat teks arab ayat diatas pada al-qur’an) adalah nakirah (tidak tertentu), sebelumnya didahului oleh Huruf Maa (lihat juga teks arab ayat diatas pada al-qur’an) yang bermakna Nafiy, maka dalam kaidah ushul fikih bahwa kalimat nakirah (tidak tertentu) dalam konteks negatif atau dalam konteks Nafiy, akan memberikan makna yang umum yang berarti, mencakup semua Rasul yang pernah ada.[4]   

Dan demikianlah para Nabi, mereka memulai dakwahnya dengan seutama-utama dakwah yaitu tauhid dan tidak pernah ditemukan para Nabi memulai dakwah mereka dengan jihad, tidak pernah pula memulai dakwahnya dengan khilafah, tidak pernah pula ditemukan mereka memulainya dakwahnya dengan politik dan partai-partai wahai saudara dan saudariku, baik yang bernuansa islami maupun tidak, karena dakwah yang tidak dimulai dengan dasar ilmu dan tauhid, maka dakwah itu seperti fatamorgana ditengah gurun pasir yang gersang, yang dilihat oleh para musafir yang hampir mati karena kehausan. 

Saudara dan saudariku.. Kita tidak menafikan jihad karena memang jihad adalah penting, kita juga tidak menafikan daulah islamiyah dan pentingnya kekhalifahan karena itu juga merupakan impian setiap muslim. Namun yang paling penting dari yang penting diatas, yaitu kita harus mendakwahkan tauhid terlebih dahulu, karena tauhid adalah tujuan utama dakwah. Tauhid-lah yang dapat mempersatukan umat, tauhid-lah yang dapat memperbaiki masyarakat. 

Kita harus merubah masyarakat dari hal yang mendasar bukan dari cabang-cabangnya yaitu setelah terbentuknya khilafah dll. Apapun bentuknya, dengan nama apapun atau atas dasar kaidah manapun tetap dakwah harus dimulai dengan tauhid. 

Mungkin kita pernah mendengar sebuah kaidah dakwah yang berbunyi :  “Kebenaran yang tidak terorganisir, akan kalah oleh kejahatan yang terorganisir.” Dari kaidah ini maka muncul-lah opini dan slogan “Ayo kita bangun “kebenaran” yang terorganisir supaya dapat mengalahkan kejahatan yang terorganisir, atau dalam istilah lain adalah membangun partai islami”. Semoga Allah menjaga kita dari hal ini.
  
Saudaraku muslim yang mulia. Mungkin perlu dipertanyakan mengapa begitu gigihnya Rasulullah memulai dakwah tauhid ketika di mekkah selama 13 tahun dan berlanjut lagi ketika di madinah selama 10 tahun. Ada apa gerangan sehingga Beliau terus menerus menyerukan dakwah tauhid ini, bahkan sampai beliau mendapatkan cercaan dan makian, tuduhan gila, tuduhan sebagai penyihir, bahkan sampai terjadi kontak fisik dan pemukulan terhadap Nabi oleh kaumnya. 

Jawabanya ada pada surat al-Muddatstsir. Disebutkan oleh syaikh at-Tamimi dengan terjemahan bebasnya bahwa, “Beliau diutus oleh Allah untuk memperingatkan dari syirik dan menyeru kepada tauhid.”[5] Dalilnya adalah firman Allah :   
                                  
“Artinya, Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah”. (Al-Mudatstsir : 1-7)

Makna Qum fa Andzir (Bangunlah, lalu berilah peringatan) yaitu : memperingatkan dari kesyirikan dan menyeru kepada tauhid. [5]

Makna wa Rabbaka Fakabbir (Tuhanmu agungkanlah) yaitu : agungkan dengan tauhid.[5]

Makna wa Tsiyaabaka Fathahhir (Dan pakaianmu bersihkanlah) yaitu : Sucikanlah amal perbuatanmu dari kesyirikan.[5]

Makna war Rujza fahjur (Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah) yaitu : war Rujza = berhala-berhala dan fahjur =  meninggalkan berhala-berhala dan ahlinya (yaitu para penyembah berhala) dan berlepas diri dari berhala-berhala tersebut beserta ahlinya.[5]

Cukup dalil-dalil diatas sebagai hujjah bahwa dakwah itu harus dimulai dari tauhid, dari awal hingga akhir wahai saudara dan saudariku. 

Sebagai penguat, marilah kita perhatikan bagaimana kesamaan dakwah para Nabi yang Allah ‘Azza wa Jalla ceritakan dalam al-Qur’an tentang misi tauhid yang mereka emban. Allah berfirman tentang Nabi Nuh dan bagaimana dakwah beliau :

“Artinya, Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata : “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (QS. Al-A’raf : 59)

Allah juga berfirman tentang Nabi Hud :

“Artinya, Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. 
Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al-A’raf : 65)

Allah juga berfirman tentang kisah Nabi Shaleh :

“Artinya, Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. 
Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya…” (QS. Al-A’raf : 73)

Allah juga berfirman tentang kisah Nabi Luth :

“Artinya, Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk mad-yan saudara mereka Syu’aib. Ia berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya…” (QS. Al-A’raf : 85)

Perhatikanlah wahai saudaraku dan saudariku, semua Nabi dakwahnya dakwah Tauhid, dan yang pertama kali diserukan oleh mereka adalah “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya. Dan ini tidak lain adalah tauhid, mengajak untuk menjauhi syirik, setelah itu baru memperingatkan kaumnya dari kemaksiatan-kasiatan lainnya. Ini dalil yang jelas. 

Dari itu, mari kita meraih daulah islamiyah dengan ilmu, yaitu kita perbaiki individu-individu masing-masing dengan mendakwahkan ilmu, dan ajak mereka untuk mau menuntut ilmu, mengamalkan ilmu, menndakwahkan tauhid dan menjauhi syirik baru kemudian dengan sendirinya akan terbentuk daulah islamiyah sebagaimana yang terjadi pada masa Rasulullah dan para khalifah-khalifah Rasulullah yang lurus setelah Beliau. Sebagai penutup, sangat indah ucapan ini :

 “Tegakkanlah negara Islam di dalam hatimu, niscaya akan tegak Islam di negaramu.”[6]

Wallahu a’lam.

----------------------------------------------
[1] Faedah kajian kitab al-Ushul min Ilmil Ushul. 
[2] Majmu’u Mutuunil Aqiidati wat-Tauhiidi, Bab al-Ushuulu as-Tsalaatsatu, hal : 3
[3] Faedah kajian kitab Sittu Durar bersama. 
[4] Faedah kajian kitab Minhaajul Firqatin Naajiyah dan kitab al-Ushul min ‘Ilmil Ushul.
[5] Majmu’u Mutuunil Aqiidati wat-Tauhiidi, Bab al-Ushuulu as-Tsalaatsatu, hal :11
[6] Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, hal : 575.  Penerbit : Pustaka Imam Syafi’i.

Related Posts:

0 Response to "ANTARA DAULAH ISLAMIYAH, JIHAD, DAN TAUHID"

Posting Komentar